Powered By Blogger

Minggu, 30 November 2014

ANALIS TES

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Usaha yang lebih baik yaitu untuk selalu meningkatkan mutu tes yang disusun oleh seorang tenaga pendidik, namun hal ini tidak dilaksanakan karena kecenderungan seseorang untuk beranggapan bahwa hasil karyanya adalah yang terbaik atau setidak – tidaknya sudah cukup baik.
Tenaga pendidik yang sudah banyak berpengalaman mengajar dan menyusun soal – soal tes, juga masih sukar menyadari bahwa tesnya masih belum sempurna. Oleh karena itu, cara yang paling baik adalah secara jujur melihat hasil yang diperoleh oleh siswa, masalah inilah yang melatarbelakangi penulisan makalah ini yang berjudul Analisis Tes.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Apa pengertian Analisis Tes?
2.      Bagaimana cara mengetahui Validitas Tes?
3.      Bagaimana cara mengetahui Reliabitas Tes?
4.      Bagaimana cara mengetahui Analisis Butir Soal?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas akan didapatkan sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian analisis tes;
2.      Untuk mengetahui cara validitas tes;
3.      Untuk mengetahui cara reliabitas tes;
4.      Untuk mengetahui analisis butir soal (item analysis).




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Analisis Tes
Analisis tes adalah salah satu kegiatan dalam rangka mengkonstruksi tes untuk mendapatkan gambaran tentang mutu tes, baik mutu keseluruhan tes maupun mutu tiap butir soal/tugas. Analisis dilakukan setelah tes disusun dan dicobakan kepada sejumlah subyek dan hasilnya menjadi umpan balik untuk perbaikan/peningkatan mutu tes bersangkutan. Oleh karena itu kegiatan analisis tes merupakan keharusan dalam keseluruhan proses mengkonstruksi tes. Dalam analisis tes juga ada beberapa yang harus kita perhatikan, diantaranya:
1.      Menilai tes yang dibuat sendiri
Secara teoritis, siswa dalam satu kelas merupakan populasi atau kelompok yang keadaannya heterogen. Dengan demikian, maka apabila dikenai sebuah tes akan tercermin hasilnya dalam suatu kurva normal. Sebagai besar siswa berada di daerah sedang, sebagian kecil berada di ekor kiri, dan sebagaian kecil yang lain berada di ekor kanan kurva.
Apabila keadaan setelah hasil dianalisis tidak seperti yang diharapkan dalam kurva normal, maka tentu ada “apa-apa” dengan soal tesnya.
Apabila hampir seluruh siswa memperoleh skor jelek, berarti bahwa tes yang disusun mungkin terlalu sukar. Sebaliknya jka seluruh siswa memperoleh skor baik, dapat diartikan bahwa tesnya terlalu mudah. Tentu saja interpretasi terhadap soal tes akan lain seandainya tes itu sudah disusun sebaik-baiknya sehingga memenuhi persyaratan sebagai tes.
Dengan demikian maka apabila kita memperoleh keterangan tentang hasil tes, akan membantu kita dalam mengadakan penilaian secara objektif terhadap tes yang kita susun.
            Ada 4 (empat) cara untuk menilai tes, yaitu:
a.                   Cara pertama meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang dapat diperoleh jawaban tentang ketidakjelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran, dan lain-lain keadaan soal tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut, antara lain:
1.    Apakah banyaknya soal untuk tiap topik sudah seimbang?
2 .  Apakah semua soal menanyakan bahan yang telah diajarkan?
b.      Cara kedua adalah mengadakan analisis soal (item analysis). Analisis soal adalah suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun.
c.       Cara ketiga adalah mengadakan checking validitas. Validitas yang paling penting dari tes buatan guru adalah validitas kurikuler (content validity). Untuk mengadakan checking validitas kurikuler, kita harus merumuskan tujuan setiap bagian pelajaran secara khusus dan jelas sehingga setiap soal dapat kita jodohkan dengan setiap tujuan khusus tersebut.
d.     Cara ke empat adalah dengan mengadakan checking reliabilita, salah satu indikator untuk tes yang mempunyai reliabilitas tes yang tinngi adalah bahwa kebanyakan dari soal-soal tes itu mempunyai daya pembeda yang tinggi.
2.      Cakupan kegiatan analisis tes
            Kegiatan analisis tes meliputi empat hal yakni :
a.        Analisis validitas tes
b.        Analisis reliabilitas tes
c.        Analisis butir soal yang meliputi :
1.      Analisis daya pembeda tiap butir soal,
2.      Analisis tingkat kesukaran tiap butir soal,
3.      Analisis pengecoh (distraktor) pada setiap butir soal,
4.      Analisis homogenitas tiap butir soal.
d.       Analisis teknis kegunaan tes.
Dengan melakukan analisis tes, guru dapat “menabung-soal” atau membuat “bank-soal” yakni kumpulan soal-soal yang sudah teruji kebaikannya. Manfaat terbesar dari kegiatan analisis tes ialah guru makin memahami bagaimana wujud tes yang baik, bagaimana butir soal yang baik. Sehingga pada akhirnya guru makin terampil menyusun tes dengan baik dan efisien
Kritik terhadap tes bentuk pilihan ganda yang dianggap lebih buruk dari tes bentuk uraian karena “makin membodohkan siswa”, sebenarnya bersumber pada tes pilihan ganda yang buruk. Tes pilihan ganda (tes obyektif) yang baik, yang dianalisis dari berbagai segi dan digunakan sesuai tujuan pendidikan, akan lebih baik dibanding tes bentuk uraian yang tidak dianalisis. Oleh sebab itu tes bentuk apapun perlu dianalisis agar dapat terjamin obyektifitas dan keakuratannya.
Pembahasan analisis tes di sini akan terbatas pada tes buatan guru/dosen, dan bukan psikotes yang dibuat para ahli atau THB yang dibakukan.

B.     Validitas
Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes yang valid (absah = sah) adalah tes benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain, validitas tes menunjukkan tingkat ketepatan tes dalam mengukur sasaran yang hendak diukur.
1.      Macam-macam validitas
a.       Validitas logis
Logis yang berati penalaran, validitas logis bearti sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persysratan valid berdasarkan hasi penalaran.Validitas logis dapat dicapai apabila instrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada, Dapat disimpukan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisi nya tetapi langsung diperoleh sesudah instrumen tersebut selesai disusun.
Ada dua  macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen yaitu validitas isi dan validitas konstrak.
1.      Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrument yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang di berikan.
2.      Validitas konstruk sebuah instrumen menunjukkan suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan konstruk-konstruk aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruk apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berfikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus.
b.      Validitas Empiris
Mengandung arti kata pengalaman. Sebuah instrument dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah di uji dengan pengalaman. Sebagai contoh, seseorang dapat diakui jujur oleh masyarakat lain apabila dalam pengalaman dia diakui memang jujur. Pada Validitas empiris terdiri dari dua cara yang dilakukan untuk mengujinya sehingga dia menjadi valid. Pengujian itu dilakuakn dengan membandingkan kondisi instrumen yang bersangkutan dengan suatu ukuran. Kriteria yang digunakan adalah
1.      Validitas Konkuren
Disebut juga dengan validitas “yang ada sekarang ‘tetapi lebih dikenal dengan validitas empiris. Sebuah instrument dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada istilah :sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan, dimana dalam hal ini hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada. Dalam membandingkan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu alat pembanding. Maka hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan.
2.      Validitas prediksi
Prediksi artinya meramal, dengan meramal selalu mengenai hal yang akan datang jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang terjadi pada masa yang akan datang.  Misalnya tes masuk perguruan tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan dapat meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah di masa yang akan datang.  Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah peserta tes mengikuti pelajaran diperguruan tinggi.

2 . cara mengukur validitas alat ukur
Sebuah tes dikatakan valid apabila memilki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk mengetahui jesejajaran adalah teknuk korelasi produk moment, Rumusnya yaitu:
a.       Korelasi produk momen dengan simpangan  
Dimana :
  rxy   = koefisien korelasi antara  variabel X dan variabel Y
xy  =jumlah perkalian x dengan y
x= kuadrat dari x
y2 = kuadrat dari Y

contoh perhitungan :
misalnya akan menghitung validitas tes prestasi belajar matematika. Sebagai kriteria diambil rata-rata ulangan yang akan di cari validitas nya diberi kode X dan rata-rata nilai harian diberi kode Y. Kemudian dibuat tabel persiapan sebagai berikut :
No
Nama
X
Y
x
y
x2
y2
xy
1
Ucha
6,5
6,3
0
-0,1
0,0
0,01
0,0
2
Eva
7
6,8
+0,5
+0,4
0,25
0,16
+0,2
3
Iref
7,5
7,2
+1,0
+0,8
1,0
0,64
+0,8
4
Ice
7
6,8
+0,5
+0,4
0,25
0,16
+02
5
Rusdi
6
7
-0,5
+0,6
0,25
0,36
-0,3
6
Iceh
6
6,2
-0,5
-0,2
0,25
0,04
+0,1
7
Eki
5,5
5,1
-1,0
-1,3
1,0
1,69
+1,3
8
Oma
6,5
6
0
-0,4
0,0
0,16
0,0
9
Harti
7
6,5
+ 0,5
+0,1
0,25
0,01
+0,05
10
Rina
6
5,9
- 0,5
-0,6
0,25
0,36
+0,3
Jumlah
65,0
63,8


3,5
3,59
2,65

X= ∑X / N =6,5
Ȳ=∑Y / N =6,38 dibulatkan 6,4
x= X-X
y=Y-Y

dimasukan kedalam rumus  
                                                    =  =  =0,748


b.      Rumus korelasi produk momen dengan angka kasar
rXY =
dimana :
rxy = koefisien korelasi antara variabel Xdan variabel Y


No
Nama
X
Y
X2
Y2
XY
1
Ucha
6,5
6,3
42,25
39,69
40,95
2
Eva
7
6,8
49
46,24
47,6
3
Iref
7,5
7,2
56,25
51,84
54
4
Ice
7
6,8
49
46,24
47,6
5
Rusdi
6
7
36
49
42
6
Iceh
6
6,2
36
38,44
37,2
7
Eki
5,5
5,1
30,25
26,01
28,05
8
Oma
6,5
6
42,25
45,5
39
9
Harti
7
6,5
49
36
045,5
10
Rina
6
5,9
36
34,81
35,4
Jumlah
65,0
63,8
426,0
410,52
417,3


Dimasukan kedalam rumus:
rXY =

C.    Reliabilitas
Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah). Tes yang reliabel atau dapat dipercaya adalah tes yang menghasilkan skor secara ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi dan waktu yang berbeda-beda. Sebaiknya, tes yang tidak reliabel seperti karet untuk mengukur panjang, hasil pengukuran dengan karet dapat berubah-ubah ( tidak konsisten ).

Beberapa hal yang sedikit banyak mempengaruhi hasi tes banyak sekali.
a.       Hal yang berhubungan dengan tes itu sendiri ,yaitu panjang tes dan kualitas butir-burtir soalnya.dalam menghitung besar nya realibilitas berhubung dengan penambahan banyak nya butir soal dalam tes ini ada sebuah rumus yang diberikan oleh spearman dan brown
b.      Hal yang berhubungan dengan tercoba, tes yang dicobakan kepada bukan kelompok terpilih, akan menunjukan reliabilitas yang lebih besar dari pada yang dicobakan pada kelompok tertentu yang di ambil secara dipilih.
c.       Hal yang berhubungan dengan penyenggaraan tes, Sudah disebutkan bahwa faktor penyenggaraan tes yang bersifat administrasif sangat menentukan hasil tes.
Cara-cara mencari besar nya reliabilitas :
1.      Tes-retest method (metoda tes ulang)
Suatu tes (yakni tes yang akan dihitung reliabilitasnya), diteskan terhadap kelompok siswa tertentu dua kali dengan jangka waktu tertentu (misalnya satu semester atau satu catur wulan).
Skor hasil pengetesan pertama dikorelasikan dengan skor hasil pengetesan kedua. Koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan koefisien reliabilitas tes tersebut.

Contoh:

Siswa
Tes Pertama
Tes Kedua
Skor
Ranking
Skor
Ranking
A
15
3
20
3
B
20
1
25
1
C
9
5
15
5
D
18
2
23
2
E
12
4
18
4

Walaupun tampak skornya naik, akan tetapi kenaikannya dialami oleh semua siswa.
Metode ini disebut self-correlation method (korelasi diri sendiri) karena mengkorelasikan hasil dari tes yang sama.
2.      Paralel test method (metoda tes parallel)
Cara ini mengharuskan adanya dua tes yang parallel, yakni dua tes yang disusun dengan tujuan yang sama (hanya sedikit perbedaan redaksi, isi atau susunan kalimatnya). Dua tes tersebut diadministrasikan pada satu kelompok siswa dengan perbedaan waktu beberapa hari saja. Skor dari kedua macam tes tersebut dikorelasikan dengan teknik yang sama seperti pada metode tes-retest. Koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan tingkat reliabilitas tes.
              3.      Split-half method (metode belah dua)
Kelemahan penggunaan metode dua-tes kali percobaan dan satu-tes dua kali percobaan diatasi dengan metode ketiga ini yaitu metode belah dua. Dalam menggunakan metode  ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali. Oleh karena itu, disebut juga single-test-single-trial-method.
Berbeda dengan metode pertama dan kedua yang setelah diketemukan koefisien dan korelasi langsung ditafsirkan itulah koefisien reliabitas maka dengan metode ketiga ini tidak dapat demikian. Pada waktu membelah dua dan mengkorelasikan dua belahan, baru diketahui reliabitas separo tes.
        D.    Cara Mengetahui Analisis Butir Soal (Item Analysis)
Analisis butir soal atau analisis item adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai. Ada dua jenis analisis butir soal, yakni analisis tingkat kesukaran soal dan analisis daya pembeda disamping validitas dab reliabitas. Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang dan sukar. Sedangkan menganalisis daya pembeda artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan tes tersebut dalam membedakan siswa yang termasuk ke dalam kategori lemah atau rendah dan kategori kuat atau tinggi prestasinya. Sedangkan validitas dan reliabitas mengkaji kesulitan dan keajegan pertanyaan tes.
Salah satu cara untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang paling efektif ialah dengan jalan mengevaluasi test hasil belajar yang diperoleh hasil belajar dari proses belajar-mengajar itu sendiri. Dengan kata lain, hasil test itu kita oleh sedemikian rupa sehingga dari hasil pengolahan itu dapat diketahui kompenan-kompenan manakakah dari proses belajar-mengajar itu yang masih lemah.
a.       Taraf kesukaran
Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, disamping memenuhi validitas dan reliabitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, sukar secara proporsional. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yanng penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar.
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya sesuatu soal tersebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukan bahwa soalnya terlalu mudah.

0,0                                     1,0

Rumus mencari P (indeks kesukaran ) :
P=
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut Ketentuan Yang Sering Diikuti, Indeks Kesukaran Sering diklasifikasikan sebagai berikut, soal dengan P1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar, soal dengan P0,30 sampai 0,70 adlah soal sedang dan soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.

Contoh penggunaan
Misalnya jumlah siswa peserta tes dalam suatu kelas ada 40 orang. Dari 40 orang siswa tersebut yang dapat mengerjekan soal no 1 dengan betul.maka indeks kesukarannya adalah :
P=
  =
  =0,30
  Dari tabel yang disajikan tersebut,dapat ditafsirkan bahwa:
ü  Soal nomor 1 mempunyai taraf kesukaran   = 0,5
ü  Soal nomor 9 adalah soal yang tersuukar karena hanya dapat dijawab betul oleh 2 orang P= =0,1
ü  Soal nomor13 adalah yang paling mudah karena siswa perserta tes,dapat menjawab.
Indeks kesukaranya= =1,0
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran serta diklasifikasikan sebagai berikut:
-          Soal dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah sukar
-          Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
-          Soal dengan P 0,70  sampai 1,00 adalha soal muadh

b.      Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).
Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D (d besar). Seperti hanya indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi digunakan jika sesuatu soal “terbalik” menunjukan kualitas testee. Yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Dengan demikian ada tiga titik pada daya pembeda, yaitu:
-1,00                            0,00                                1,00
.daya pembeda     daya pembeda                   daya pembeda
negatif                      rendah                      tinggi (positif)

Bagi soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa bodoh, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula jika semua siswa baik pandai maupun bodoh tidak dapat menjawab dengan benar. Soal tersebut tidak baik juga karena tidak mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa-siswa pandai saja.
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya. Artinya, bila soal tersebut diberikan kepada anak yang mampu, hasilnya menunjukan prestasi yang tinggi; dan bila diberikan kepada siswa yang lemah, hasilnya rendah. Tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda apabila tes tersebut, jika diujikan kepada anak berprestasi, hasilnya rendah, tetapi bila diberikan kepada anak yang lemah hasilnya lebih tinggi. Atau bila diiberikan kepada kedua kategori siswa tersebut, hasilnya sama aja. Dengan demikian, tes yang tiidak memiliki daya pembeda, tidak akan menghasilkan gambaran hasil yang sesuai dengan kemampuan siswa yang sebenarnya. Sungguh aneh bila anak pandai tidak lulus, tetapi anak bodoh lulus dengan baik tanpa dilakukan manipulasi oleh si penilai atau di luar faktor kebetulan.

Cara menentukan daya pembeda(nilai D)
Untuk ini perlu dibedakan antara kelompok kecil (kurang dari 100) dan kelompok besar (100 ke atas )
a.       Untuk kelompok kecil
Seluruh kelompok teste dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah.
Contoh :
Siswa     Skor
A              9
B               8
C               7
D               7
E                6



F               5
G               5
H               4
I                 4
J                 3

Seluruh pengikut tes,dideretkan mulai dari skor teratas sama terbawah,lalu dibagi 2.

b.      Untuk kelompok besar
c.       Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis,maka untuk kelompok besar biasnya hanya diambil kedua kutubnya saja,ya  27%skor teratas sebagaibkelompok atas (JA) dan 27%














d.      Untuk kelompokbesar
e.       Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis, maka untuk kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutub saja yaitu 27%  teratas sebagai kelompok atas (JA)dan 27%skor terbawah sebagai kelompk bawah(JB)
Rumus mencari D

D= = PA-PB
Dimana :
D         = Daya pembeda
J           = jumlah peserta tes
JA        = banyak peserta kelompok atas
JB        = banyak peserta kelompok bawah
BA      = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB       = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
PA     = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar ( ingat P sebagai indeks kesukaran )
PB       = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Contoh perhitungan
Dari hasil analisis tes yang trdiri dari sepuluh butir soal yang dikerjakan oleh 20 orang siswa,terdapat tabel sebagai berikut :
Dari hasil analisis tes yang terdiri dari 10 butir soal yang dikerjakan oleh 20 orang siswa, didapat skor sebagai berikut:
A = 5                F = 6                           K = 7                              P = 3
B = 7               G = 6                            L = 5                            Q = 8
C = 8               H = 6                           M = 3                             R = 8
D = 5                I = 8                           N = 7                              S = 6
E = 10              J = 7                           O = 9                             T = 6
Dari angka yang belum teratur tersebut kemudian dibuat urutan penyebaran, dari skor yang paling tinggi ke skor yang paling rendah.
Uraian  ini menunjukkan adanya kelompok atas ( JA) dan kelompok bawah ( JB).
Pada uraian di atas dapat ditunjukkan kelompok A dan B. Dan hal ini mempermudah menentukan BA dan BB.
Dimana
BA = Banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok atas A dan
BB = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah B
Seperti yang diketahui, soal yang baik adalah soal yang dapat membedakan antara anak berkemampuan tinggi dengan anak berkemampuan rendah, dilihat dari dapat atau tidaknya ia mengerjakan soal tes.
Bila diperhatikan tabel diatas, dilihat khusus untuk butir soal no satu, dari kelompok atas yang menjawab benar adalah 8 orang, dari kelompok bawah yang menjawab betul adalah 3 orang. Dan diterapkan rumus daya pembeda maka :
JA         = 10
JB        = 10
PA        = 0,8
PB        = 0,9
BA       = 8
BB        = 9
Maka D =  PA  –  P B
=  0,8  –  0,9
D =  0,1
Dengan demikian maka daya pembeda untuk soal no 1 adalah 0,1 dan ini berarti butir soal no satu ini jelek.
Klasifikasi daya pembeda yaitu ;
D = 0,00 – 0,20 : jelek
D = 0,21 – 0,40 : cukup
D = 0,41 – 0,70 : baik
D = 0,71 – 1,00 : baik sekali
D = negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.




BAB III
PENUTUP

      A.    Kesimpulan
Analisis tes adalah salah satu kegiatan dalam rangka mengkonstruksi tes untuk mendapatkan gambaran tentang mutu tes, baik mutu keseluruhan tes maupun mutu tiap butir soal/tugas.
Kegiatan analisis tes meliputi empat hal yakni :
1.Analisis validitas tes
2.Analisis reliabilitas tes
3.Analisis butir soal
4.Analisis teknik kegunaan tes
Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes yang valid (absah = sah) adalah tes benar-benar mengukur apa yang hendak diukur.
Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah).
Dengan membuat analisis soal, sedikitnya kita dapat mengetahui tiga hal penting yang dapat di peroleh dari tiap soal,yaitu:
1.      Sampai dimana tingkat atau taraf kesukaran soal itu (difficulty levelof an item).
2.       Apakah soal itu mempunyai daya pembeda (discriminating power)
3.      Apakah semua alternatif jawaban (options) menarik jawaban-jawaban ataukah ada yang demikian tidak menarik tidak menarik sehingga tidak tidak perlu dimasukkan ke dalam soal.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar